[Cuplikan kisah seputar pengasuhan anak 4]
Aa: "ummi aa boleh nonton gak sekarang" U: "mau nonton apa?" Aa: "mau nonton jonathan bird" (channel blue world di you tube tentang biota bawah laut) U: "boleh, tp abis beresin kamar ya!" Aa: "oke mi!" U: "boleh 2 film ya, abis itu ngafalin quran tambahan krn kmrn pergi gak sempet hafalan" Aa: "oke mi"
Percakapan singkat ini menggambarkan beberapa peraturan yang kami terapkan di dalam keluarga. Jujur, sejak awal kami menikah, televisi adalah barang terakhir yang ingin kami beli. Saya ingat sampai 6 tahun pernikahan kami, televisi belum juga mampu kami beli, kami lebih banyak menyalurkan rezeki untuk fasilitas belajar anak-anak serta membangun usaha sekolah dan bekery kami waktu di Indonesia. Dapat dikatakan, kami satu-satunya rumah di komplek tersebut yang tidak mempunyai televisi. Sampai suatu hari sahabat kami menghadiahkan anak-anak televisi. Saat kami hijrah ke Amerika pun, televisi tetap tidak mampu kami beli, selalu ada hal lain yang lebih prioritas bagi kami. Sampai akhirnya, kembali Allah memberi rezeki televisi lewat hadiah dari seorang sahabat kami di Amerika. Televisi-televisi hadiah ini, selalu kami jadikan layaknya monitor besar bagi komputer. Kami hanya menyambungkan televisi hadiah itu dengan laptop berpassword, tidak dengan siaran tv kabel apalagi siaran antena. Dengan laptop dan televisi tersebut, anak-anak menonton video edukasi yang sudah kami seleksi sesuai dengan kurikulum homeschool baik dari vcd yang kami pinjam dari library maupun dari channel you tube. Mereka hanya menonton video atau channel yang kami ijinkan dengan waktu yang kami sepakati.
Banyak keluarga yang bertanya "kok gak punya tv? Kan gak jadi gak gaul? Gak tau berita". Tidak memiliki televisi memang memberi konsekuensi sendiri. Kami tidak mengetahui banyak berita lingkungan kecuali yang kami baca lewat online newspaper. Anak-anak juga kurang "nyambung" bila ajak bicara tentang perkembangan film. Tidak tau istilah kata-kata gaul yang berkembang di sinetron remaja. Apalagi saya, tidak sama sekali tahu perkembangan infoteinment. Sering tidak nyambung dengan candaan para ibu di pengajian waktu tinggal di Indonesia. Mengapa kami tidak menyambungkan anak-anak dengan siaran televisi? Inilah salah satu upaya yang kami lakukan untuk menjaga pandangan dan pendengaran anak-anak dari hal-hal yang tidak sesuai dengan fikrah yang dianut keluarga kami. Bagi kami, lebih banyak pengaruh buruk yang bisa diserap dari siaran televisi dibanding pengaruh baiknya. Pertanyaan selanjutnya, mengapa tidak langganan tv kabel dengan siaran edukasi saja? Jawabannya, karena saya tidak ingin jadwal kehidupan harian kami "diatur" harus menyesuaikan dengan jadwal tayangan sebuah program televisi meskipun siaran itu bersifat edukasi. Saya tidak mau membuang energi untuk berdebat atau membujuk anak-anak untuk melakukan sesuatu sementara mata mereka berat untuk meninggalkan siaran televisi yang berlangsung. Belum lagi siaran tv kabel bersifat non stop, sekali mata seorang anak terfokus, sulit sekali rasanya membujuk mereka untuk berhenti.
Pemanfaatan multimedia dalam proses homeschool di keluarga kami sangat penting. Multimedia membantu memberikan ilustrasi yang lebih komperhensif untuk memahami sesuatu. Hampir semua anak sangat antusias belajar memalui multimedia. Antusiasme yang tinggi ini bisanya menyedot perhatian yang besar dari seorang anak. Oleh karena itu kebiasaan keluarga kami di rumah, sesi multimedia merupakan sesi belajar mandiri dimana saya bisa memanfaatkan waktu untuk melakukan pekerjaan rumah. Ruang keluarga yang di desain di samping dapur memudahkan saya untuk tetap berkomuniksi mengenai pelajaran yang disampaikan melalui mulimedia sambil tetap memasak atau mencuci piring.
Antusiasme yang tinggi terhadap multimedia baik berupa video atau games edukasi juga saya manfaatkan untuk mendorong mereka menyelesaikan tugas-tugas harian mereka dengan tertib. Kami memiliki satu kali sesi tambahan belajar melalui multimedia di malam hari sesaat sebelum sesi membaca buku. Oleh karena itu semua tugas mereka, seperti clean up home, mengaji, hafalan quran, mengerjakan homework, dinner, dll harus mereka selesaikan terlebih dahulu sebelum masuk kegiatan sesi multimedia. peraturan ini cukup membantu saya menertibkan kegiatan anak-anak tanpa perlu banyak berdebat.
Lalu bagaimana dengan iklan? bukankah menonton di youtube juga terkadang ada iklan yang tidak ahsan? membuat lingkungan steril itu tidak mungkin. Namun sebagai orang tua kami perlu menanamkan beberapa pemahaman untuk meningkatkan imunitas mereka terhadap pengaruh buruk lingkungan. Anak-anak terbiasa menskip langsung semua iklan, atau membuang muka mereka ketika melihat iklan yang kurang ahsan. biasanya mereka menambahnya dengan komentar "ummi itu ada yang malu-malu" Namun biasanya, kalo mereka berselancar di you tube, saya memilih mengerjakan pekerjaan rumah di samping mereka sambil duduk seperti melipat pakaian atau menyusui bayi.
Home »
» Mendidik Anak 4 by Mbak Kiki
Mendidik Anak 4 by Mbak Kiki
Posted by Delia Putri Kesuma
Posted on 16.19
with No comments
Written by : Your Name - Describe about you
Join Me On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for visiting ! ::
0 komentar:
Posting Komentar