Saat kita mw pergi keluar
rumah,, tiba2 hujan turun...
Apa yg kita
rasakan??
kesel?? sebel?? ato marah2
ga jelas.. mungkin saja kan..disaat hujan tersebut turun.. selama itu pula kita
berceloteh.. may be..
Hujan menguyur 10 metir
sudah terasa 10 jam bagi kita...
Saat itu juga, emosi kian tak terbendung. Umpatan-umpatan kekesalan pun keluar dari mulutnya. Dihardiklah hujan, sebagai pelampiasan kekesalan, seolah hujan adalah makhluk serupa dengannya..
Banyak orang mengatakan, kesabaran ada batasnya. Bila ujian kesabaran
diibaratkan dengan menanti hujan reda, apakah orang akan menumpahkan kekesalan
itu pada rintik-rintik air hujan yang tengah menerpa bumi? Sedang hujan
hanyalah merupakan makhluk ‘pendiam’ yang tidak akan mungkin menghiraukan
rintihan kekesalan orang. Ia mengguyur ke bumi atas perintah-Nya. Tak peduli
orang mengeluh kesal kepadanya, atau bahkan memaki akan kedatangannya yang tak
kunjung pergi.Sayangnya, hujan terlalu biasa untuk dikeluhkan orang.
Di awal
kedatangannya, orang akan nyeletuk berujar, “Yah… hujan deh!” Disadari atau
tidak, kalimat pertama yang muncul ini sudah menunjukkan betapa awal ujian
kesabaran itu sudah terpatahkan oleh rasa tidak bersyukurnya akan turunnya
nikmat hujan.Belum lagi di benaknya masih membayangkan bagaimana nasib jemuran
bajunya di rumah. Sudah pasti akan basah kuyub, setelah sebelumnya tak sempat
‘diselamatkan’ dari guyuran air hujan. Terbetik pula bagaimana nasib
kendaraannya yang berkilau lantaran baru dicuci kemarin sore, lagi-lagi harus
terkena cipratan air hujan yang bercampur tanah. Al hasil, kotorlah sudah.Ini
baru contoh sederhana, belum contoh-contoh lain yang amat menguji kesabaran.
Misalnya ketika urusan duniawi yang menurutnya sangat urgen untuk segera
dikerjakan, namun terpaksa harus tertunda lantaran hujan.
Di
saat air hujan semakin deras mengguyur, tak kunjung reda, saat inilah kesabaran
orang benar-benar berada di titik kulminasi. Terbayang di benaknya, berapa
kerugian yang didapat karena urusan duniawinya banyak yang terbengkalai.
وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ حَتَّى إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالا سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَنْزَلْنَا بِهِ الْمَاءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِنْ كُ الثَّمَرَاتِ كَذَلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُون
“Dan Dialah yang
meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya
(hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke
suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami
keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah
Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil
pelajaran.“(QS Al A’raaf 57)
Hujan diturunkan sebagai
pembawa berita gembira, namun yang terjadi justru malah sebaliknya. Orang malah
berkeluh kesah dengan hadirnya hujan. Tak ada sedikit rona bahagia di rautnya
lantaran datangnya hujan tengah menghambat urusan duniawinya. Tidak tahukah
orang, untuk apa hujan diturunkan?
وَاللَّهُ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ
“Dan Allah menurunkan
dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran
Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran).” (QS An-Nahl
65)
Bayangkan jika hujan tidak
diturunkan ke bumi, tidak akan mungkin ada kehidupan di sini. Bumi akan
mengering, dan semua makhluk hidup akan mati. Dalam ayat lain Allah juga
berfirman.
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لَكُمْ مِنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ
Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.” (QS An-Nahl 10)
Hujan yang membawa berkah,
menghidupkan serta menyuburkan tanaman-tanaman yang hijau lagi banyak buahnya.
Inilah ibarat ujian kesabaran itu, layaknya menanti hujan reda. Menanti
memerlukan kesabaran yang teramat berat, terlebih ketika harus merelakan
hal-hal yang menyangkut duniawi.Hujan yang dinyana sebagai penghambat pada
urusan duniawi, sesungguhnya merupakan berkah dari-Nya. Kehadirannya akan
menghijaukan tanaman hingga menghasilkan buah yang ranum, menghasilkan mata air
yang jernih yang sangat bermanfaat bagi semua makhluk yang hidup di bumi ini.
Demikian halnya dengan
ujian kesabaran itu. Meski dinyana sebagai sesuatu yang pahit dirasa, atau
bahkan berat didaki, namun sesungguhnya Allah akan menghadiahi surga bagi para
hamba-Nya yang sabar.
أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُواْ الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللّهُ الَّذِينَ جَاهَدُواْ مِنكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ
Apakah kamu mengira bahwa
kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad
diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar. (QS Ali Imran 142)
Ujian dari Allah tak hanya
berupa kesedihan, tapi juga mencakup kebahagiaan. Sayangnya, ketika orang diuji
dengan kebahagiaan, orang lupa jika itu hanyalah sebuah ujian. Ketika mendapat
kebahagiaan, orang malah berpikir bahwa itu adalah keberuntungan. Padahal, keberuntungan
di dunia ini hanyalah merupakan tipuan.
لِكَيْلا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“(Kami jelaskan yang
demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari
kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya
kepadamu. dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan
diri.” (QS Al Hadiid 23)
Seperti halnya ketika
menanti hujan reda. Meski hujan mengguyur deras, tak kunjung reda, hingga
menyebabkan banjir, tanah longsor ataupun bencana lainnya, kesabaran haruslah
selalu ada pada jiwa tiap-tiap orang yang beriman. Bagaimanapun hujan adalah
berkah dari-Nya, meski kehadirannya terkadang mendatangkan bencana, namun ini
hanyalah ujian bagi para hamba-Nya agar bersyukur.
مَّا يَفْعَلُ اللّهُ بِعَذَابِكُمْ إِن شَكَرْتُمْ وَآمَنتُمْ وَكَانَ اللّهُ شَاكِراً عَلِيماً
“Mengapa Allah akan
menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri
lagi Maha Mengetahui.” (QS An-Nisaa’ 147)
Maka bersabarlah, karena
Allah beserta orang-orang yang sabar. Ujian kesabaran itu ibarat menanti hujan
reda. Terasa lama untuk dinanti redanya, hingga terpikir bahwa hujan
hanyalah penghambat yang banyak memberi mudharat pada urusan duniawi.
Namun, tidak bagi
orang-orang yang bersabar. Ia akan memaknai hujan sebagai berkah dari-Nya,
berapapun lamanya dan banyaknya curah hujan yang diturunkan. Sekalipun
mendatangkan bencana, maka ia akan tetap bersabar, karena di balik ujian
pastilah mengandung hikmah. Dan semestinyalah, orang-orang yang beriman
akan mengambil hikmah di balik cobaan itu. Ia akan senantiasa bersabar dan
bersyukur di kala sedih ataupun bahagia. Karena segala sesuatu di dunia ini
hanyalah merupakan ujian dari-Nya, agar nyatalah siapa sesungguhnya
hamba-hamba-Nya yang terpilih itu..
0 komentar:
Posting Komentar